Pengadilan Tempat Cari Uang
Oleh : Andi Ibnu Hadi, S.H., MH. (Ketua DPC PERADI Tasikmalaya)
Sudah begitu, sebagian advokat beranggapan bahwa pengadilan adalah tempat mencari uang. Jika begitu, itu berarti pasar, tempat segala transaksi diabsahkan. Kecenderung ini makin meningkat lantaran memperoleh sambutan positif dari counter-part-nya, yakni polisi, jaksa, dan hakim. Dengan pengadilan sebagai pasar, rente ekonomi dengan mudah dapat mereka akumulasikan. Terjadilah hubungan simbiosis mutualistis. Tak aneh bila kemudian advokat bergaya hidup model demonstration effect.
Advokat dengan sistem nilai (moral) yang menganggap pengadilan adalah tempat mencari uang bisa disebut shyster, ticket fixer, ataupun ambulance chaser. Shyster adalah advokat yang berpraktek secara tidak etis dan licik, seperti memunculkan dokumen fiktif untuk meraih suara mayoritas dalam rencana perdamaian di pengadilan niaga. Ticket fixer adalah advokat yang berpraktek dengan menyuap atau menggunakan pengaruh lain, seperti mengajak main golf, mensponsori kegiatan dinas, atau merenovasi ruangan kantor polisi, jaksa, dan hakim. Itu semua dilakukan agar kliennya terhindar dari hukuman. Adapun ambulance chaser mengesankan advokat yang berpraktek dengan cara membujuk korban untuk beperkara atau menggaet klien sejawatnya.
Melihat kenyataan itu, Abraham Lincoln, yang berprofesi advokat sebelum menjadi Presiden Amerika pada tahun 1850, pernah mengingatkan advokat agar bertekad jujur.
Dia mengatakan, “Ada keyakinan samar-samar bahwa seorang pengacara selalu tidak jujur. Saya katakan kabur karena, bila dipikirkan sejauh mana kepercayaan dan kehormatan termasuk di dalamnya serta diberikan kepada para pengacara oleh masyarakat, mustahil kesan ketidakjujuran bisa tegas dan jelas. Namun, kesan demikian hampir universal. Para pemuda yang memilih bidang hukum sebagai panggilan jangan sekejap pun menuruti keyakinan populer ini. Bertekadlah untuk jujur dalam keadaan apa pun. Bila menurut penilaian Anda tak bisa menjadi pengacara yang jujur, putuskan untuk tetap jujur tanpa menjadi seorang pengacara.”
Dengan kalimat lain, pilih pekerjaan lain ketimbang mengerjakan sesuatu yang sebelumnya sudah Anda ketahui akan menjadikan anda seorang bangsat.
Seorang advokat yang telah menganggap pengadilan adalah tempat mencari uang, seketika akan mengesampingkan aspek profesionalisme, lebih berfikir bagaimana mereka dapat bertransaksi menguntungkan dengan berbagai pihak, berapa besar uang yang harus diminta dari klien, sehingga tidak tekor saat harus membeli tuntutan jaksa dan membayar harga putusan, bahkan mendapat untung besar dari sisa belaja keadilan, naudzubillahi tsumma naudzubillah.