ArtikelOpini

Gaji naik, mentalitas naik?

Oleh : Sovi M. Sofiyudin, S.H

Menaikan gaji aparatur negara tidak mampu memberantas korupsi dan pungli yang memang sudah mewabah. Tapi justru malah menumbuh kembangkannya. Perlu dicatat, bahwa korupsi bukan semata mata masalah hukum dan finansial, tapi lebih kepada masalah moral dan budaya. Menaikkan gaji tanpa memperbaiki sikap mental sama saja dengan mengajarkan budaya materialistis, dimana segala sesuatu sepertinya hanya bisa dijawab dengan uang dan berbagai fasilitas tunjangan. Hal ini berdampak buruk pada perkembangan mentalitas bangsa kedepan.

Lantas dimana semangat mengabdi itu ditempatkan, dibuang kemana jiwa patriotisme yang dulu hendak dibangun. Faktanya, seringkali terjadi praktik penjajahan dari aparatur negara yang berpangkat dan mempunyai golongan terhadap para pegawai non gaji dan bahkan relawan yang kebanyakan tidak digaji. Dan juga pengaturan Lalu lintas tanpa kenal lelah dalam segala kondisi cuaca oleh para (maaf) “polisi gope” yang melibatkan relawan masyarakat sipil, karena POLANTAS turun jika ada pejabat lewat atau razia tilang yang tidak cerdas dan meresahkan karena ulah oknum.

Eksploitasi kerja para pegawai honorer di berbagai instansi pemerintah dan lembaga negara lain, sementara yang pejabatnya hanya duduk manis, rapat dan isi absen. Bukankah ini penjajahan yang ingin kita hapuskan dari muka bumi ini? Dulu kita mengusir belanda yang telah memperkenalkan kita pada hukum dan sistem peradaban modern. Namun sekarang para penguasa pribumi masih memakai sistem hukum tersebut dengan praktik dan cara-cara yang lebih kotor. Karena jaman kolonial dulu kita tidak mengenal pemilu yang sarat manipulasi dan ongkos politik mahal. Tanpa legitimasi dari warganya, para aparatur negara itu tak lebih dari sekelompok bandit berseragam yang sedang menggarong dan menjarah uang warganya, memperkosa hak-hak rakyatnya, dan membebani kehidupan masyarakatnya.

Jadi strategi menaikan gaji pejabat dan aparatur negara agar tidak melakukan pungli dan korupsi, itu hanya akal-akalan saja. Sama polanya seperti anak nakal yang minta nambah uang jajan agar ia tidak mencuri lagi. Sungguh alasan yang tidak masuk akal, jika kenaikan gaji tidak diimbangi sejalan dengan bertambahnya kualitas pengabdian terhadap negara.

Penulis adalah Ketua PBH PERADI Tasikmalaya Periode 2017-2022.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp Informasi